PT Cerita Jadi Film MoU dengan PFN Kolaborasi Pembuatan Film 'Seribu Payung Hitam dan Sisanya Rindu' yang Dibintangi Luna Maya

21 Agustus 2023 08:39
Penulis: Ramses Manurung, showbiz
Direktur Produksi PFN Tjandra Wibowo (kiri) bersama Dirut PT CJF Nevie Vina usai penandatanganan MoU

Sahabat.com-Produksi Film Negara (PFN) resmi melakukan penandatangan nota kesepahaman (MoU) dengan PT Cerita Jadi Film (CJF) terkait kolaborasi pembuatan film berjudul 'Seribu Payung Hitam dan Sisanya Rindu' yang dibintangi para artis dan aktor papan atas Tanah Air diantaranya Luna Maya, Christian Sugiono dan lainnya. 

Penandatanganan MoU yang dilaksanakan di Kantor PFN Jakarta, Senin (21/8/2023) dilakukan langsung oleh Direktur Utama PT CJF, Nevie Vina dan Direkur Produksi PFN, Tjandra Wibowo disaksikan Stefanus Dimas Putra selaku Produser PT JCF dan jajaran PFN. 

Pada temu pers usai penantanganan MoU, Direkur Produksi PFN, Tjandra Wibowo mengatakan pihaknya menyambut baik dan mengapresiasi komitmen PT CJF untuk turut berkontribusi dalam pembuatan Seribu Payung Hitam dan Sisanya Rindu' yang mengangkat tema tentang perjuangan membela hak-hak masyarakat terutama di bidang lingkungan. 

"Seribu Payung Hitam dan Sisanya Rindu' bercerita tentang Sawitri (Luna Maya), seorang aktivis lingkungan yang gigih dalam berjuang melawan privatisasi air di desanya. Dalam perjuangannya, ia terlibat dalam aksi yang menarik perhatian publik dan media internasional. Namun konspirasi dan ancaman besar menguji tekadnya, termasuk konflik batin yang memecah dilema antara menjadi pahlawan bagi masyarakat dan menjaga kepentingan pribadi," tutur Tjandra. 

Tjandra mengungkapkan pengembangan cerita dalam film 'Seribu Payung Hitam dan Sisanya Rindu' diawali oleh ide dalam esai dan puisi karya Denny JA yang dibacakan dalam kegiatan Kamisan. 

Aksi Kamisan adalah sebuah aksi yang dilakukan setiap hari Kamis di depan Istana Negara yang dilakukan oleh korban pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia. Aksi ini pertama kali dimulai pada tanggal 18 Januari 2007.

"Jadi film ini bercerita tentang bagaimana hak-hak manusia harus diperjuangkan," ujar Tjandra.

Nilai perjuangan tersebut, kata Tjandra,  kemudian diterapkan dalam film Seribu Payung Hitam dan Sisanya Rindu'. 

"Pada saat sekarang ini isu lingkungan menjadi sesuatu yang tidak pernah habisnya. Dan saat ini kebetulan di Yogyakarta ada satu kawasan yang sedang memperjuangkan hak-haknya terkait privatisasi lahan yang akan digunakan untuk air," paparnya. 

"Jadi kita mencoba untuk mengangkat kisah yang ada di sana dijadikan sebuah film. Film ini based on fakta," imbuhnya. 

Lebih lanjut Tjandra mengatakan diharapkan dengan diangkatnya isu ini bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat. 

"Bagaimana sebenarnya kita perlu memperjuangkan hak kita terutama untuk melindungi lingkungan. Film ini memberi pesan bahwa nilai kearifan lokal itu sangat penting. Untuk kelangsungan hidup kita di masa mendatang," tandasnya.

Sampai ke Mata Dunia

Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama PT CJF Nevie Vina mengaku senang dapat menjadi bagian penting dalam pembuatan film 'Seribu Payung Hitam dan Sisanya Rindu' yang sarat dengan nilai-nilai penting tentang hak asasi manusia, pelestarian lingkungan dan lainnya. 

"Tadi sudah dijelaskan ya. Nah kenapa JCF mau berkontribusi dalam film ini. Value film ini memang tidak umum ya. Karena kalau kita bicara film yang sedang tren di Indonesia atau Jakarta adalah film horor, drama, action atau komedi," kata Nevie Vina. 

"Sedangkan film Seribu Payung Hitam dan Sisanya Rindu' adalah cerita yang bersinggungan dengan sumber daya alam dalam hal ini air dan tentang hak asasi manusia yang sangat menarik. CJF sendiri, saya dan Bro Dimas sangat tertarik untuk invest ke film yang valuenya bagus. Yang bisa mengedukasi masyarakat dan bisa dibawa ke mata dunia," imbuhnya. 

Produser PT CJF, Stefanus Dimas Putra menerangkan proses syuting film Seribu Payung Hitam dan Sisanya Rindu di Yogyakarta telah berjalan dan sudah memasuki Minggu kedua. Proses syuting ditargetkan akan rampung pada awal September 2023 dan ditayangkan di bioskop pada 2024. 

"Proses syuting sudah berjalan dan sekarang sudah masuk Minggu kedua hari ke-6," terang Dimas. 

"Syuting akan dilakukan di tiga kota berbeda yaitu Yogyakarta, Solo dan Jakarta," tambahnya. 

Dimas berharap cerita dalam film yang disutradarai oleh Erwin Arnada ini bisa mengangkat isu tentang kegelisahan yang terjadi di Indonesia terutama untuk pencemaran lingkungan. 

"Kami berharap kolaborasi CJF dan PFN bisa memberikan impact pada kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan," harapnya. 

"Selain tujuan komersil. Pembuatan film ini lebih difokuskan untuk menyebarluaskan value-value positif di dalamnya. Kita juga akan bawa film ini ke mata dunia," imbuhnya.

Sejalan dengan misi membawa film ini ke mata dunia, sambung Dimas, pihaknya akan mendaftarkan film Seribu Payung Hitam dan Sisanya Rindu' ke beberapa festival film internasional khususnya di Eropa. 

"Jadi film ini tidak hanya berdampak di Indonesia tapi kita bawa juga ke dunia. Agar bisa menjadi manfaat bagi masyarakat. Bagaimana cara mengelola lingkungan yang benar. Bagaimana para pejuang lingkungan mengapresiasi masyarakat yang sadar akan pentingnya menjaga dan melestarikan bumi terutama di Indonesia. Kita bawa dari sisi Indonesia, supaya film ini bisa punya tempat tersendiri di mata dunia," tutur Dimas.

Film Seribu Payung Hitam dan Sisanya Rindu' adalah film pertama yang diadaptasi dari esai dan puisi. Selain Luna Maya, sejumlah aktris dan aktor ternama Tanah Air juga ikut terlibat dalam film ini, antara lain, Christian Sugiono (sebagai Radi), Annisa Hertami (sebagai Lina), Whani Dharmawan (sebagai Prasetyo) dan musisi band Efek Rumah Kaca. Film ditargetkan tayang di seluruh bioskop di Indonesia pada tahun depan 2024. 

Terkait jumlah penonton yang dibidik, Nevie Vina, menekankan pihaknya tidak mematok target yang muluk-muluk. 

"Ini kan tujuannya festival. Kita akan bawa ke festival di luar negeri. Awal tahun ini kita ada submit ke festival di Rotterdam. Disamping itu, tujuan kita juga untuk menyebarluaskan value-value positif di dalam film ini. Saya rasa value ini tidak bisa terasa efeknya dalam waktu dekat. Butuh waktu panjang," ujarnya. 

"Tapi kalau nantinya hasilnya bagus. Itu bonus. Dan itu yang kita harapkan," pungkasnya.


 

 

 

 

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment